Tuesday, 7 March 2017

Review: Sisi Lain Diriku

Sisi Lain Diriku Sisi Lain Diriku by Sidney Sheldon
My rating: 4 of 5 stars


Judul Buku : Sisi Lain Diriku
Penulis: Sidney Sheldon
Penerjemah: Wawan Eko Yulianto
Tebal: 480 hlm; 11 X 18 cm

Cetakan: 1, Juni 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



"KAU TAK TAU APA YANG TERJADI BESOK. HIDUP SEPERTI NOVEL, KAN? PENUH KETEGANGAN. KAU TIDAK TAHU APA YANG AKAN TERJADI HINGGA KAUBUKA HALAMANNYA"

(Awesome! and I really like it. 4/5*).
Memoar ini diceritakan seperti novel dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, si penulis itu sendiri. Penulis menceritakan bagaimana kisah hidupnya, di mana dia hidup di tengah-tengah keluarga yang selalu ribut. Tapi dibalik itu semua kedua orangtuanya amat menyayanginya. Tak hanya dengan kondisi kehidupan orangtuanya yang kurang baik, kondisi keuangan di kehidupannya juga mengalami hal yang sama. Itu juga yang mengharuskannya untuk bekerja di usianya yang masih muda.

Termasuk juga, saat saya menemukan tulisan yang ternyata penulis divonis oleh psikiaternya mengidap schizofrenia (karena emosinya yang sering labil dan kadang ingin mengakhiri hidupnya). Selain itu juga dia dinyatakan menderita manic depressive atau bipolar disorder (setelah mengetahui bahwa pada saat dimana orang seharusnya senang atas kebahagiaanya, tapi kenyataannya malah sebaliknya. Orang itu malah sedih dan stress).

Jujur saja, saya tertarik membaca sebuah memoar ini karena dia salah satu penulis favorit saya. Saya ingin tahu bagaimana perjalanan hidupnya. Bagaimana novel-novel itu akhirnya bisa menjadi candu bagi para pembacanya. Dari mana dia memulainya, dan lain sebagainya. BAB 1 dalam buku ini membuat saya antusias untuk lebih ingin mengikuti bagaimana kisah hidupnya. Percakapan antara penulis dan ayahnya yang amat menyentuh, memberikannya semangat untuk tidak buru-buru menutup kisah hidupnya.

Dalam BAB 1, diceritakan bahwa penulis ingin mengakhiri hidupnya di usianya yang masih muda (17 tahun), tapi rencananya untuk bunuh diri gagal karena sang ayah mengetahuinya, dan di situlah terjadi percakapan antara mereka berdua. Ayahnya yang melihat rencana anaknya untuk mengakhiri hidupnya berpesan bahwa sang anak jangan terlalu terburu-buru untuk menutup bukunya. Karena hidup itu seperti Novel, penuh ketegangan dan tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sampai kita membuka halaman berikutnya. Dari situlah akhirnya penulis (Sidney) sadar bahwa dirinya akan membirakan buku kehidupannya terbuka. Agar bisa mengetahui apa yang akan terjadi di halaman selanjutnya, yang mungkin saja banyak hal indah yang akan terjadi.

Dari mana aku mesti memulainya? Bagaimana menjelaskan kepadanya betapa aku merasa kesepian dan terjebak? Aku setengah mati menginginkan hidup yang lebih baik. Aku ingin masa depan yang Indah... Aku punya lamunan yang Indah... Khayalanku adalah bisa kuliah, tetapi tidak ada uang untuk itu. Impianku adalah menjadi penulis. Aku telah menulis lusinan cerita pendek dan mengirimkannya ..., namun yang kuterima sebagai balasan adalah penolakan tertulis. Akhirnya kuputuskan aku tidak bisa menghabiskan sisa hidupku dalam kesengsaraan.
 Ayahku berkata kepadaku, "...dan begitu banyak tempat di dunia ini yang belum kaulihat..."..."Sidney, kau bilang kau ingin menjadi penulis lebih dari segalanya di dunia ini."
Tiba-tiba perhatianku teralih kepadanya. "Itu kemarin." 
"Bagaimana dengan besok? "
Aku menatapnya bingung. "Apa? "
"KAU TAK TAU APA YANG TERJADI BESOK. HIDUP SEPERTI NOVEL, KAN? PENUH KETEGANGAN. KAU TIDAK TAHU APA YANG AKAN TERJADI HINGGA KAUBUKA HALAMANNYA"
"Aku tahu apa yang terjadi. Tidak ada apa-apa. "
"Kau tidak tau pasti, kan? Setiap hari adalah halaman yang berbeda, Sidney, dan setiap hari bisa penuh kejutan. Kau tak pernah tau apa yang akan ada selanjutnya sebelum kau buka halaman itu.
 Aku memikirkannya. Kata-kata itu ada benarnya. Setiap esok memang seperti halaman dalam novel. "Kalau kau benar-benar ingin bunuh diri, Sidney, aku mengerti. Tapi aku tidak suka melihatmu terburu-buru menutup bukumu dan melewatkan kesenangan yang mungkin saja terjadi padamu di halaman selanjutnya--halaman yang akan kau tulis. Jangan terburu-buru menutup bukumu... ....

Seperti yang sudah saya tahu dari beberapa novelnya yang pernah saya baca, karakter-karakter utama dari novelnya adalah wanita yang digambarkan dengan kehidupan yang amat menarik. Wanita yang cantik, pintar, dan kuat dalam mengadapi segala sesuatu dalam hidupnya. Dan dengan membaca The Other Side of Me, saya jadi tahu, pun dengan para pembaca lainnya bahwa sesunggguhnya inspirasi itu datang dari kehidupannya sendiri dan dia sendiri yang menjadi karakter utama dari kisah dramatis itu. Sungguh, kehidupannya tidak kalah menarik dengan kisah-kisah yang dia tulis dalam novel-novelnya.
Kuaikui, perjalanan hidupnnya juga impiannya untuk menjadi seorang penulis yang hebat (yang awalnya menjadi penulis naskah drama, lalu menyusul lirik lagu, dan novel tentunya) sangat mengagumkan. Tak pernah menyerah, walaupun mendapat banyak kegagalan.
Akhirnya saya tahu sekarang, bagaimana kisah hidupnya, jatuh bangun mengejar mimpinya, usahanya yang tak kenal lelah, bagaimana dia akhirnya bisa menjadi penulis yang hebat dan tentu saja bagaimana dia akhirnya menjadi SIDNEY SHELDON.


View all my reviews

0 comments:

Post a Comment

 

Bibliophile (one who loves or collects books) Published @ 2014 by Ipietoon